Kamis, 24 Agustus 2017

Curhat Cinta Dua Teman



Dalam satu pekan saya kedatangan dua teman yang curhat cinta. Keduanya mengalami takdir cinta yang meletihkan dan berakhir perpisahan.

Awalnya kisah ini saya pikir hanya ada di sinetron-sinetron, tapi ini benar-benar nyata!

Teman pertama datang saat malam, sekitar jam sembilan. Lalu kami ngobrol di teras rumah.

Lalu, dia mulai bercerita,

“Usia rumah tangga kami sudah lebih dari dua puluh tahun. Namun, tiga bulan terkahir ini kami sudah pisah rumah dan proses perceraian sudah masuk pengadilan. Petaka  itu berawal saat diriku menerima informasi dari tetangga bahwa istriku beberapa kali terlihat asik ngobrol dengan lelaki via telepon. Saat informasi itu aku tanyakan ke anak-anak, mereka diam seperti ketakutan.

Lalu, saat aku tanyakan baik-baik kepada istri, Dia marah-marah dan tidak terima karena merasa dituduh selingkuh. Sejak hari itu, hubungan kami terasa hampa. Istri sudah tidak lagi merasa nyaman di rumah. Tiap pulang kerja aku selalu mendapati rumah tak terurus, dan anak-anak pun cerita kalau mereka belum makan. Keduanya menambahkan, setelah satu jam ayah ke kantor, ibu pun pergi entah kemana.

Lalu, tengah malam sekitar jam setengah satu, ada suara dering handphone, saat itu istri tidur lelap. Di layar tertulis nama perempuan, namun saat aku terima, diujung telepon jelas terdengar suara lelaki. Dan telepon langsung ditutup.

Karena penasaran, akhirnya aku cek handphonenya, ternyata banyak percapakan istri dengan lelaki selingkuhannya. Dia sengaja menyimpannya dengan nama perempuan, padahal itu cuma trik agar tidak ketahuan. Dari history percakapan tersebut ternyata mereka sudah berhubungan sangat dalam.”

“Aku tidak sabar menunggu pagi, hubungan ini HARUS BERAKHIR!” Sambungnya.

Sambil menatap saya, dia bertanya, “Kamu mau ngasih saran buatku?”

Setelah memikirkan sesaat, saya menggeleng. “Maaf, aku nggak bisa ngasih saran apa-apa.”

Kemudian, dia mengubah pertanyaan, “Kalau umpama kamu menempati posisiku, dan mengalami kisah yang kualami, apa yang kira-kira kamu lakukan?”

“Aku punya banyak hal untuk dipikirkan dan dikerjakan”, saya menjawab. “Jadi, kalau aku menempati posisimu, dan mengalami kisah seperti yang kamu alami, aku nggak akan buang-buang waktu dan energi sia-sia. MENINGGALKAN PEREMPUAN ITU DALAM TEMPO DAN WAKTU SESINGKAT-SINGKATNYA ADALAH PILIHAN TERBAIK"
………
………

Sore hari, dua hari setelah curhat teman pertama. Datang teman kedua.

Sebelumnya, dia chat via WA,

“Kamu lagi ada waktu?”

“Ada”

“Maksudku, kamu ada waktu buat ngobrol panjang?”

“Buat kamu, aku selalu siap buat ngobrol panjang”

“Aku pengin curhat. Tapi kayaknya enggak enak kalau lewat WA”

“Kalau gitu, datang aja ke rumah”

“Sore ini, boleh?”

“Boleh banget”

Dan sorenya, dia benar-benar datang, lalu menyampaikan curhatnya,

“Dari pernikahanku, setelah dua belas tahun menikah, aku dan istri dikaruniai dua anak. Hubungan kami selama ini baik-baik saja. Walaupun kadang ada masalah, tapi kami bersyukur bisa melewatinya dengan baik.

Tiba-tiba, seperti suara halilintar di siang bolong. Istriku menyampaikan bahwa ia minta cerai. Dan ini serius!

Saat aku tanya apa alasannya, ia hanya bilang bahwa sudah tidak bisa lagi menjadi istri dan melayani suami dengan baik. Kalau hubungan ini diteruskan maka akan menyakiti satu sama lain.

Dan sejak ia minta cerai, kami sudah tidak lagi tidur satu ranjang. Saat aku mencoba mendekati, ia selalu menghindar dan pindah tempat tidur. Dan kadang ia menginap di rumah orang tuanya dengan banyak alasan.

Dan rupanya, gugatan cerainya sudah ia ajukan ke pengadilan. Keputusannya bulat, CERAI”

“Bagaimana saranmu?” tanyanya penuh harap kepada saya.

Saya memahami kegalauannya. Bagaimana pun, dia cowok baik-baik yang saya kenal. Tapi di sisi lain, dia tidak terbiasa berinteraksi dengan cewek, baik di dunia maya apalagi di dunia nyata. Dia tidak tau bagaimana caranya menyatakan cinta. Lidahnya kelu jika mengatakan “I love you”. Dan sebagai catatan pernikahannya saat itu adalah karena dijodohkan.

Saat perjodohan, dirinya mengalami dilema. Tapi karena dengan alasan berbakti kepada orangtuanya, akhirnya dia menerima perjodohan tersebut.

Rupanya, dilema tersebut juga dialami calon istrinya. Saat dijodohkan, belum tumbuh benih cinta di antara mereka.

Mereka ingin mencoba menjalaninya, dengan harapan cinta akan tumbuh bersemi. Namun setelah belasan tahun bersama, bukan bunga cinta yang mekar melainkan rumput ilalang yang mudah terbakar.

Menyadari kenyataan itu, maka saya pun menjawab kegalauannya, “Dunia ini penuh drama, aku harap dirimu mampu menjadi aktor utama. Yang selalu tampil TERSENYUM DI AKHIR KISAH.”


  

Selasa, 22 Agustus 2017

Cucu dan Neneknya




Selepas shalat zhuhur, saya biasa makan siang di sebuah warung sederhana. Menunya pun sederhana. Karena, isi dompetnya pun “sederhana”. 

Tapi, yang membuat hari itu istimewa adalah  obrolan saya dengan ibu si penjaga warung.

Ibu ini usianya sudah diatas 50 tahun. Saat saya tanya mengapa di usianya yang tidak lagi muda dan kondisinya yang sudah lemah dia masih berjualan nasi? Saat itu dia hanya mengucapkan kalimat sederhana “Anak ibu banyak, dan kini mereka sudah menikah semua, tempat tinggalnya pun berpencar dan berjauhan. Jadi ibu tidak ingin membebani mereka. Ibu masih kuat untuk hidup mandiri.”

Saat asyik mendengarkan si ibu bercerita, tiba-tiba keluar dari kamar, seorang bocah kecil. Dengan sebuah mobil mainan ditangannya, bocah ini langsung mendekati saya dan memberi isyarat dengan gerakan tubuhnya bahwa dia ingin ditemani bermain. Spontan saya langsung meminjam mobilnya dan menggerakkannya ke atas dan ke bawah.

“Hei cah bagus, namamu sopo?”

“Namaku Alvin om”

Setelah bocah itu membawa mobil mainannya ke halaman. Saya pun bertanya ke si ibu.

“Itu anak siapa mbah?”
“Itu cucuku, sudah dua hari di sini”
“Oh, ayah dan ibunya kerja?”
“Ibunya kerja jadi TKI, dan ayahnya sopir angkut”

Kemudian, dengan air mata berlinang, si ibu melanjutkan cerita.

“Sebenarnya, ayah dan ibunya sudah cerai. Sebab mulanya, si ayah lama tidak pulang dan tidak memberi nafkah. Dan akhirnya mereka pisah. Ibunya, karena tidak cukup biaya untuk  kebutuhan sehari-hari, akhirnya memutuskan untuk kerja jadi TKI. Dan anaknya dititip sama mbah”

“Ayahnya masih jadi sopir angkut?” tanya saya

“Mbah nggak tau kabarnya. Tapi, ibunya pernah cerita. Setelah cerai, sesekali si ayah pernah datang dan ngajak main anaknya sampai sore. Tapi saat pulang, si anak cerita bahwa dia cuma diajak keliling dan hanya dikasih makan mie rebus.”

Saya kembali menatap bocah yang masih asyik bermain di halaman. Sambil menahan air mata, saya pun memohon dalam hati.

“Ya Robb, jadikanlan anak itu kelak termasuk hamba-Mu yang taat beribadah. Lapangkanlah rizkinya, cerdaskan akalnya, sehatkan jasmaninya, dan karuniakanlah ilmu yang banyak manfaat, Aamiin”

Kita pahami, bahwa menikah itu butuh ilmu dan persiapan yang matang. Menikah buru-buru tanpa pertimbangan matang akan mendatangkan banyak mudarat.


Nikah itu indah? Ya, sangat indah. 

Tapi tak semudah lidah berkata. Saat kita memilih untuk menikah, di sana ada konsekuensi dan tanggung jawab. 

Ada kewajiban dan ada hak. Di saat salah satu timpang, maka pernikahan akan tumbang.

Kisah Khutbah dan Buah Favorit

Depok, Jumat, 11:11 WIB Langit Depok memancarkan sinar mentari pagi yang hangat, menyapa hari Jumat penuh berkah. Saya, dengan semangat khus...