Rabu, 11 Mei 2022

Kehilangan


DALAM hidup, dan dalam hubungan dengan sesama manusia, sering kali lebih baik menyesal karena diam, daripada menyesal karena terlanjur mengeluarkan ucapan. Ucapan yang melukai akan sulit diobati, dan tidak cukup hanya dengan menyesali.

Berpikir lebih dulu sebelum bicara adalah pilihan cerdas. Dan sebaliknya, banyak bicara tanpa berpikir adalah cermin kebodohan.

Agar lebih jelas, saya tuliskan lewat cerita aja ya….

Begini, ada dua perempuan dan satu lelaki. Agar lebih mudah, perempuan pertama bernama Hesti, perempuan kedua bernama Dianita, dan yang lelaki bernama Zahir. Tentu ketiga nama tersebut bukanlah nama sebenarnya.

Dianita adalah teman Zahir sejak SMP. Mereka berdua sama-sama belajar di sekolah yang sama. Dan selama hari-hari saat itu, mereka habiskan dengan tekun belajar. Maka tidak heran mereka berdua menjadi siswa teladan, dan banyak prestasi yang ditorehkan.

Walaupun mereka saling kenal, karena satu sekolah. Tapi, mereka tidak pernah memendam perasaan apapun, selain hanya sebagai teman, sebatas teman, cukup sebagai teman. Setelah lulus sekolah, mereka berdua berpisah, untuk melanjutkan ke sekolah pilihan masing-masing.

-------

-------

Zahir adalah tipe lelaki Sagitarius, semangat belajarnya tinggi untuk meraih cita-citanya. Pribadinya cerdas dan berwawasan luas. Namun dia juga dikenal sebagai pribadi yang menyimpan banyak misteri. Sulit terbuka dan cenderung penuh rahasia. Di atas fakta-fakta itu, sikapnya ceria dan positif dalam menilai apapun.

Sedangkan Dianita adalah tipe perempuan Virgo. Perempuan cerdas, kuat, percaya diri, dan selalu mampu menyelesaikan pekerjaan yang sulit. Perhatiannya terhadap kesehatan badan sangat besar. Dan itu membuat dirinya sangat hati-hati dalam memilih makanan dan minuman. Pada sifatnya yang periang, Dianita merupakan perempuan yang tertutup dan agak sensitif.

Mereka berdua menjadi siswa yang populer di sekolahnya masing-masing. Dan berhasil lulus dengan prestasi yang membanggakan. Karena semangat mereka adalah belajar, belajar, dan terus tekun belajar.

Setelah lulus SMA, Zahir dan Dianita makin jauh berpisah. Keduanya sudah tidak lagi bertemu karena terpisah jarak ribuan kilometer. Dianita melanjutkan kuliah di Malang, Jawa Timur, sedangkan Zahir kuliah di Bogor, Jawa Barat.

-------

-------

Beberapa tahun kemudian. Mereka bertemu di tempat yang tak terduga, dan di waktu yang tak disangka. Setelah saling menyapa, kemudian keduanya saling menatap. Ada rasa yang aneh, detak jantung keduanya berdebar. Tak satu pun kata terucap, mereka saling tersenyum dalam hati.

Lalu terjadilah sesuatu yang memang harus terjadi,

Tiba-tiba, Zahir mengeluarkan kartu undangan pernikahan, menyerahkannya kepada Dianita, dan berkata pelan …

“Nit, nanti kamu wajib datang ya, pokoknya nggak ada alasan apapun…” ucap Zahir sambil menyerahkan kartu undangan.

Dengan berupaya bersikap biasa dan tenang, dengan sambil menarik napas dalam, Dianita berkata …

“Wow, keren banget desain kartu undangannya, pasti yang akan menjadi pendampingmu adalah sosok perempuan idaman…”

“Oke, aku usahakan datang ya…” lanjut Dianita

Rupanya Zahir telah lebih dulu menemukan pasangan hidup yang cocok buat dirinya. Calon istrinya bernama Hesti. Perkenalannya dengan Hesti dimulai dari saling sapa di medsos, lalu membangun hubungan yang lebih dekat, dan kemudian…., mereka nyebar undangan! 

Begitulah jodoh.

Jodoh memang aneh,

Saya sendiri pernah mengalaminya,

Saya pernah kenal seseorang. Kemudian kami saling cinta, saling sayang, dan berkomitmen duduk berdampingan di pelaminan.

Baik saya maupun dia sama-sama yakin kalau kami berjodoh. Tapi, kemudian hubungan kami bubar di tengah jalan, kami sibuk dengan tugas masing-masing. Saya sibuk belajar, dan dia sibuk syuting. Dan sekarang dia jadian sama Stefan William…! Iya artis cowok yang main sinetron anak jalanan itu, nyebelin banget kannnnnn… sakiiiiiit!

(hahahaha, ngaco dah. Tolong kalian nggak usah sewot begitu)

-------

-------

Jadi, Zahir resmi menikah dengan Hesti. Dan kehidupan rumah tangga mereka terlihat mesra dan syahdu. Namanya juga pengantin baru,,, eaaaaa

Lalu bagaimana dengan Dianita?

Tolong temen-temen jangan pindah channel ya! saya bikin kopi dulu sebentar, hehehe

Satu tahun setelah Zahir menikah, Dianita aktif di beberapa organisasi sosial kemasyarakatan. Dan dia sering bertugas ke beberapa daerah yang terkena musibah bencana alam, dia hadir disana untuk memberikan dukungan moral kepada masyarakat yang terkena musibah, dan memberikan terapi trauma healing terutama bagi anak-anak korban bencana.

Aktivitas mulia yang dilakukannya menjadikan dirinya lebih memahami dan peka terhadap fungsi kemanusiaan. Sehingga membuat banyak orang merindukan kehadirannya, anak-anak korban bencana makin mencintainya. Dan, Dianita pun sangat nyaman dengan apa yang dilakukannya.

Suatu sore, saat Dianita asyik membersamai anak-anak, tiba-tiba ada suara telepon masuk ke nomor ponselnya. Ternyata panggilan telepon itu adalah dari salah satu teman alumni SMP-nya dulu. Temannya itu mengabarkan akan mengadakan acara reuni sekolah, dan mengundang Dianita, untuk hadir. Dan juga meminta Dianita berkenan berbagi cerita tentang pengalamannya sebagai tenaga LSM. Dan, Dianita pun bersedia.

Sruput kopi dulu….

Singkat cerita, di acara reuni sekolah itu, Dianita bertemu Zahir lagi, sahabat lamanya. Saat itu Zahir datang bersama istri dan anaknya.

Oleh pembawa acara, Dianita dan Zahir diminta panitia reuni naik ke atas panggung, untuk berbagi cerita tentang pengalaman hidup mereka, pada bidang masing-masing.

Dianita bercerita tentang kisah kehidupan anak-anak korban bencana. Sedangkan Zahir bercerita tentang hiruk pikuk dunia bisnis. Semua mata tertegun, terharu, dan terkesan dengan isi kisah yang dibawakan oleh Dianita dan Zahir. Mereka pun memberikan tepuk tangan meriah yang begitu panjang, sampai keduanya duduk kembali.

Namun, sejak acara reuni itu, Hesti, istri Zahir, terbakar api cemburu. Ternyata, saat melihat keakraban suaminya dengan Dianita di acara reuni itu, hatinya perih, otaknya mendidih. Dan, akhirnya Hesti sering melampiaskan amarah kepada suaminya tanpa ada sebab yang jelas.

Kemudian tanpa diketahui Zahir, Hesti mencari nomor ponsel Dianita. Lalu, ia menulis dan mengirimkan kata-kata kasar, tuduhan, dan celaan kepada Dianita lewat chat WhatsApp.

Agar lebih objektif, berikut beberapa kalimat yang ditulis Hesti….

“Dadi wong iku ora usah munafik. Ora ono rondo, yo bojone wong diembat wae. Dadi cewe, ojo adigang adigung lan adiguno. Uripmu koyo wit gedhang. Due jantung tapi ra due ati. Enek, nyesek aku liat kowe, sing modus karo bojoku. Wajah kowe sing sawangane alim, tapi kok yo malah nyuluhi bojone orang, kue iku, blas asu tenan”

(hahahaha, yang nggak ngerti artinya, kursus deh,,,)

Dianita tidak terima dituduh tanpa bukti. Sebagai perempuan dia sangat paham apa yang dirasakan istri sahabatnya. Dan dia ingin meluruskan persoalan. Tapi, chat itu terus dikirim ke ponselnya, berulang dan berulang. Bahkan kalimat-kalimat selanjutnya lebih kasar dan menyakitkan.

Dianita sudah menyampaikan hal ini kepada Zahir. Dan meminta, agar Zahir menasehati istrinya. Serta menjelaskan persoalan agar istrinya tidak gagal paham. Tapi rupanya Hesti sudah sulit dinasehati. Api cemburu sudah semakin besar, dan sulit padam. Nasehat suaminya malah membuat dirinya berasumsi, bahwa Zahir lebih membela sahabatnya daripada istrinya sendiri.

Karena merasa tidak nyaman dengan tuduhan menyakitkan dari Hesti, dan sepertinya nasehat sudah tidak didengar lagi. Akhirnya, Dianita melaporkan hal ini kepada pihak kepolisian.

Lalu, bersama polisi dan penasehat hukumnya, Dianita datang ke rumah Zahir untuk meminta pertanggungjawaban Hesti.

Di hadapan polisi, Hesti baru sadar dan menyesali perbuatannya, lalu meminta maaf kepada Dianita. Dan memohon agar kasus ini tidak dibawa ke ranah hukum. Melihat kesungguhan permohonan maaf Hesti, hati Dianita luluh, akhirnya kasus itu selesai secara kekeluargaan.

Namun, setelah kejadian itu, ternyata, sikap hesti semakin gak beres. Hesti malah menuduh zahir berselingkuh dengan wanita lain lagi. Zahir pun merasa sangat tidak nyaman atas sikap istrinya yang tidak bisa berpikir jernih lagi. Padahal dirinya juga sudah berusaha meredam konflik ini agar tidak melebar.  

Pihak keluarga Hesti pun juga ikut memanas-manasi keadaan. Mereka menganggap bahwa Zahirlah yang patut disalahkan. Dan mereka meminta Zahir, untuk segera mengurus proses perceraiannya dengan Hesti, secepatnya. Menurut keluarga, lebih baik berpisah daripada bersama tapi saling menyakiti. Biarlah masing-masing menempuh jalan terjal penuh duri, agar tidak lagi ada yang tersakiti.

Kenyataan ini, bagi keduanya memang pahit, dan penuh lara. Zahir sudah berusaha mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Namun, keadaan semakin memburuk. Kenyamanan dan kedamaian telah hilang. Komunikasi menjadi dingin. Cinta dan kasih sayang telah pudar.

Akhirrnya kisah cinta Zahir dan Hesti pun, selesai. Bubar, lewat pengadilan, tok, tok, tok… !

Cinta pada sejatinya adalah saling membahagiakan. Membuat tentram dan damai. Agar selamat menyebrangi bahtera samudera yang penuh ombak bahkan badai.

Maka hal terpenting adalah saling menahan ucapan kasar. Kata-kata buruk yang sudah terucap, satu atau dua hari kemudian, mungkin mudah dilupakan. Tapi satu tahun bahkan berpuluh tahun yang akan datang, orang yang kita caci maki itu belum tentu bisa melupakan.

Tutup mulut kita rapat-rapat, hindari dari berkata kasar, menuduh, dan menyakiti orang. Tahan jarimu untuk tidak menulis kalimat berisi tuduhan dan permusuhan. Kaca mudah retak karena pukulan, hati mudah hancur karena ucapan, dan nilai tinggi rendahnya manusia adalah dari ucapannya.

-------

-------

Beberapa tahun setelah bercerai, suatu malam, saat Zahir mampir ke toko mainan. Dan hendak membeli kado untuk hadiah ulang tahun anaknya. Saat asik melihat, dan memilih mainan yang cocok, tiba-tiba, dia seperti melihat sosok perempuan, sosok itu seperti yang dia kenal, dan perempuan itu tampak akan keluar toko.

Memori Zahir berpacu dengan cepat, dan seketika dia mengenali perempuan itu. “Ya Tuhan…,” pikirnya dengan jantung hampir copot. “Itu Dianita…!”.

“Dianita masih seperti dulu, anggun, lembut, dan menawan, juga tampak makin dewasa.” Kesannya dalam hati

Seketika Zahir segera berlari keluar toko mainan. Mengejar perempuan itu. Matanya terus mencari, dan mencari, dari sudut ke sudut. Hatinya penuh tanya, “kemana Dianita, kok cepat sekali pergi?”…

Tapi di luar toko tampak sepi….

Angin berhembus meliputi malam…

Tidak ada perempuan yang dia cari….

Sosok itu telah pergi, bayangannya pun tak berbekas, dan mungkin tak akan kembali, untuk hari ini dan nanti….

Tidak ada Dianita lagi, disini….

Kisah Khutbah dan Buah Favorit

Depok, Jumat, 11:11 WIB Langit Depok memancarkan sinar mentari pagi yang hangat, menyapa hari Jumat penuh berkah. Saya, dengan semangat khus...